Memahami Logika dan Algoritma

One response to “Memahami Logika dan Algoritma

  1. Logika itu ada rumusnya yaitu sebagai hukum sebab
    akibat yang menyatakan satu akibat yang sama dapat
    disebabkan oleh banyak sebab yang berbeda tapi satu
    sebab yang sama hanya akan mendatangkan satu
    akibat yang sama yang bersifat unik.

    A ∨ B ∨ C ∨ ….dst ⇒ Z ———-> Rumus logika

    A=(a1 ∧ a2 ∧ a3 ∧ a4 ∧….dst) —–> sebab
    B=(b1 ∧ b2 ∧ b3 ∧ b4 ∧ b5 ∧…dst) —–> sebab
    C=(c1 ∧ c2 ∧ c3 ∧ c4 ∧…dst) —–> sebab
    D=(d1 ∧ d2 ∧ d3 ∧ d4 ∧ d5 ∧…dst) —–> sebab

    Z=(z1 ∧ z2 ∧z3 ∧ z4 ∧….dst) —–> akibat

    ∨ adalah simbol abstrak untuk atau(or)
    ∧ adalah simbol abstrak untuk dan(and)
    ⇒ adalah simbol abstrak untuk menyebabkan(implication)
    ¬ adalah simbol abstrak untuk tidak(not)

    Untuk berpikir logis adalah dengan membuat persamaan
    logika, yaitu dengan menggantikan simbol abstrak di
    dalam rumus logika baik di sebab atau akibat maupun
    keduanya sekaligus dengan apa saja yang kita pikirkan
    kemudian kita bandingkan dengan realita maka semuanya
    akan terlihat lebih jelas.

    Persamaan logika itu adalah selalu pasti(konsisten)
    dan presisi karena persamaan logika itu adalah sepenggal
    dari proses hukum alam yang selalu dan pasti bisa diulang
    ulang kembali lagi, sehingga bila muncul persamaan
    logika yang dibandingkan dengan hukum alam tidak
    konsisten maka diduga persamaan logika tersebut
    bermasalah yang biasa disebut sebagai paradoks.

    Semua pernyataan yang dibuat manusia itu pada dasarnya
    adalah persamaan logika yang tidak sempurna, ini dikarenakan
    konsep sesuatu itu dinyatakan ada adalah apabila dalam
    realita dapat dikaitkan dengan hal lain atau dalam istilah
    sederhananya adalah semua hal yang ada di alam semesta ini
    merupakan hasil dari dan juga merupakan bagian proses
    hukum alam. Sedangkan yang memberi nilai pada suatu
    penyataan adalah apakah pernyataan tersebut sudah diuji
    banding dengan realita atau apakah pernyataan tersebut
    memiliki realita atau tidak untuk diuji banding.

    Berpikir kritis berarti selalu menguji bandingkan suatu
    pernyataan dengan realita, hal ini dikarenakan setiap pernyataan
    yang dibuat manusia itu bisa berupa diantara sebagai
    pengetahuan, menuju pengetahuan atau sebagai sampah dan
    gunanya berpikir kritis adalah untuk memilahnya.

    Suatu pernyataan yang bila diuji bandingkan dengan realita
    dengan hasil yang selalu konsisten dinyatakan sebagai
    kebenaran sedangkan suatu pernyataan bila diuji bandingkan
    dengan realita hasilnya sekali saja tidak konsisten maka
    pernyataan tersebut adalah salah. Adapun pernyataan manusia
    yang belum diuji bandingkan dengan realita disebut sebagai
    hipotesa dan pernyataan manusia yang tidak ada realita untuk
    diuji banding disebut sebagai dongeng.

    Rumus logika itu adalah sederhana tapi bisa digunakan untuk
    menjelaskan sebagian besar persoalan logika seperti analogi,
    deduktif, induktif, paradoks dan bukti.

    Analogi adalah bila A≠B kita masukan ke rumus logika
    akan membentuk persamaan logika berikut:

    bila “A ⇒ Z” ✓(benar)
    maka “A ∨ B ⇒ Z” ?(mungkin benar) —>analogi.

    Deduktif dan induktif adalah bila CC=(cc1, cc2 ,cc3,
    cc4, cc5, ….dst) dimana CC adalah kelompok(group)
    dan cc1, cc2, cc3, …dst adalah anggota dari
    kelompok CC, bila kita masukan ke rumus logika akan
    membentuk persamaan logika berikut:

    bila “CC ⇒ Z” ✓(benar)
    maka “CC ∨ cc1 ∨ cc2 ∨ cc3 ∨ …dst ⇒Z” ✓(pasti
    benar) —->deduktif.

    bila “cc1 ⇒ Z” ✓(benar)
    maka “cc1 ∨ CC ⇒ Z” ?(mungkin benar) —> induktif.

    Paradoks terjadi adalah bila dua persamaan logika dengan sebab
    yang sama tetapi dengan akibat berbeda seperti berikut:

    bila ada ! ” A ⇒ Z” !
    ! ! —-> paradoks
    tetapi juga ada ! “A ⇒ ¬Z” !

    Dikarenakan paradoks adalah hal yang mustahil maka
    yang dinyatakan sebagai bukti bila suatu peristiwa terjadi
    dalam bentuk “A ⇒ Z” adalah seluruh komponen dari sebab
    yaitu a1, a2 a3,a4,…dst dan seluruh komponen akibat yaitu
    z1, z2 ,z3, ….dst harus ada. Karena adanya keterbatasan
    daya pikir manusia, biasanya yang dijadikan bukti hanya
    sebagian saja dari komponen sebab dan akibatnya sehingga
    bukti manusia itu tidak pernah sempurna.