Daily Archives: Mei 30, 2020

Satu Jam Bersama Dirjen GTK Kemdikbud, Iwan Syahril

Senang rasanya ketika saya bisa berkomunikasi langsung dengan pak Dirjen GTK Kemdikbud yang rendah hati. Beliau pernah menjadi guru dengan honor Rp.64.000. Pernah jadi guru di daerah 3T. Ayahnya juga seorang guru, sehingga darah guru mengalir dalam dirinya.

dirjen gtk kemdikbud

Awalnya saya kesal juga. Sebab ketika silahturahim secara online lewat Zoom, tidak bisa berkomunikasi langsung dengan beliau. Acara berlangsung dari pukul 11.30-13.30 wib. Banyak sekali perwakilan organisasi guru yang ingin bicara. Saya tak sempat kebagian bicara. Saya pasrah saja. Kalau sudah waktunya pasti akan bertemu juga. Kemudian saya hanya mengisi link ini saja https://bit.ly/3eAU9fn.

silahturahmi dirjen gtk kemdikbud

Perwakilan organisasi profesi guru sangat senang bersilaturahim dengan pak Dirjen yang rendah hati ini. Luar biasa Pak Dirjen. Kami sangat senang. Khususnya bapak berkali-kali menyebut keberagaman, sehingga kebijakan yang akan diambil bisa mengayomi semua pihak, dengan keberagaman tersebut. Juga mengutip dari tulisan Ki Hadjar Dewantoro. Mengingatkan kita satu Indonesia. Kalimat inilah yang ditulis oleh Ki Saur dari taman Siswa.

pesan kihajar dewantoro

Sebelum acara silahturahim, saya beranikan diri menghubungi beliau lewat WA, dan alhamdulillah diberi kesempatan wawancara dengan beliau pukul 19.00-20.00 WIB. Kegiatan beliau padat sekali hari ini lewat vicon. Alhamdulillah beliau memberikan balasan dengan tulisan di bawah ini.

Pak Wijaya, ini kutipan dalam tulisan saya yang perlu menjadi pegangan dalam diskusi nanti.

“Akhirnya, semua upaya peningkatan kualitas guru dan pemimpin sekolah haruslah berpijak pada prinsip bahwa semua guru yang mengabdi harus mendapatkan penghasilan yang layak. Tidak boleh ada guru yang mendapat gaji di bawah standar minimum yang layak. Untuk mengatasi ini selain dibutuhkan penyelesaian masalah guru honorer dan perencanaan formasi guru yang lebih baik, Kemendikbud perlu melakukan dialog intensif lintas kementerian untuk mencari solusi efektif untuk menjamin kesejahteraan semua guru.”

“Menjadi guru harus menjadi sebuah kebanggaan. Guru adalah sebuah profesi yang mulia dan terhormat. Status sosial ekonomi guru semestinya sama dengan profesional lain karena peran guru sangat penting dalam pembangunan bangsa. Guru adalah inspirasi dalam menyikapi perkembangan zaman. Guru adalah roh pergerakan bangsa menggapai cita-citanya. Guru adalah agen perubahan karakter warga negara. Mari bersama-sama bergerak dan berjuang menuju terciptanya guru dan pemimpin sekolah Indonesia berkelas dunia!”

pesan presiden jokowi

Ngobrol bareng beliau malam ini seperti bertemu sahabat lama. Rupanya kami pernah jumpa beberapa kali di kemdikbud, dan ikut bergabung dalam milis group yang sama di email. Jadi sebenarnya kita sudah kenal lama. Tapi tak saling bertegur sapa secara langsung.

analogi WA

Banyak informasi saya dapatkan malam ini. Tentang harapan dan impian beliau untuk perbaikan kualitas dan kesejahteraan guru di Indonesia. Tentu perlu kerjasama antar kementrian seperti kementrian dalam negeri (pak Tito), kementrian pendayagunaan aparatur negara (pak Cahyo), kementerian keuangan (ibu Ani) dan kementrian terkait lainnya.

pesan presiden Jokowi

Satu jam bersama beliau seperti bertemu secara langsung di kantornya. Tak terasa pembicaraan kami mengerucut pada mencari solusi terbaik agar persoalan guru honor, guru tik dan persoalan lainnya dapat terselesaikan dengan baik. Saya merasa yakin satu persatu masalah guru bisa teratasi kalau kita mampu bergotong royong dan tolong menolong dalam kebaikan.

program GTK Kemdikbud

Jadi ingat komentar pak jajang di WA Group Forum silahturahim organisasi profesi guru. Beliau menuliskan singkat.

Guru itu…
Manusia biasa
Tugasnya luar biasa
Mencerdakan anak bangsa

profil pelajar pancasila

Semoga profil guru pancasila juga digagas oleh kemdikbud dan tidak hanya profil pelajar pancasila saja. Pak Sumardiansyah juga menuliskan di WA group tersebut.

Saya lihat perjuangan Om Jay secara revolusioner untuk TIK juga luar biasa. Itu juga jadi inspirasi kami berjuang mengembalikan jam mata pelajaran Sejarah Indonesia di SMK sebagaimana amanat Permendikbud 60 dan Permendikbud 37. Kita perlu mendorong persepsi yang sama mengenai Organisasi Profesi dan bagaimana kriteria serta kedudukannya secara jelas. Memang semua sdh tertera dalam UU. 20/2002, UU. 14/2005, PP. 19/2017, Permendikbud 15/2017 namun semua masih “mengambang” sehingga ada baiknya kita segenap Organisasi Profesi mendorong agar semua itu lebih diperjelas dalam bentuk regulasi-panduan yang jelas melalui Permendikbud, termasuk mengenai MGMP.

sekolah penggerak

Bapak Dudung Nurullah Koswara juga menuliskan di wa group yang sama, Tunjangan Profesi Guru (TPG) itu statis tak bisa berubah, apalagi ilang. Kompetensi dinamis, harus tumbuh. PGRI berjuang TPG untuk semua guru, Prof. Surya pahlawan TPG. Semoga beliau damai di surga. Amiiin ya Allah…

proses PPG yang semakin ketat

Saya juga mengirimkan tulisan Pak Dudung ketua PB PGRI ke WA pak Dirjen GTK, dan sebagian wawancara saya dengan beliau ada di dalam tulisan ini.

berpusat pada murid

Merdeka Belajar vs Tri Merdeka
Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Guru SMA Dan Ketua PB PGRI)

Tulisan ini dipersembahkan untuk Bapak Dirjen GTK, Iwan Syahril, Ph.D. Setelah membaca tulisan Beliau dan pemaparan pemikirannya di acara Forum Silaturahmi GTK Kemdikbud. Saya tak sempat berdialog langsung hanya menyapa awal saja. Forum silaturahmi Ditjen GTK dan entitas organisasi profesi guru ini dihadiri 34 perwakilan.

teknologi

Setelah narasi akademiknya disampaikan di kolom opini koran Kompas, Dirjen GTK Iwan Syahril memaparkan lebih jelas di acara Forum Silaturahmi GTK dan organisasi profesi. Apa yang disampaikan masih bervisi “Merdeka Belajar”. Sebuah upaya “memerdekakan” dunia pendidikan yang selama ini dianggap terbelenggu sistem birokratik.

pandemi covid-19

Saya setuju dengan visi merdeka belajar yang berhamba pada anak didik, namun merdeka belajar hanya akan sukses bila ditopang oleh tiga hal penting. Tiga hal penting ini Saya beri istilah “Tri Merdeka”. Apa Tri Merdeka? Tri Merdeka adalah jawaban dari tulisan dan paparan Iwan Syahril yang memotret guru apa adanya.

Iwan Syahril dalam paparannya sangat lugas berkesimpulan etitas guru masih harus terus meningkatkan kompetensi. Kontribusi guru pada peningkatan kemampuan anak didik tidak signifikan dengan jumlah kucuran trilyunan anggaran pada guru tersertifikasi. Ini sangat “pahit” dibaca para guru tapi bisa jadi kritik konstruktif.

dudung nurullah koswara

Selain lugasnya narasi yang disampaikan Pak Dirjen Iwan Syahril terkait modalitas entitas kemampuan guru, Saya pun coba kaitkan dengan realitas derita guru. Tulisan ini Saya sampaikan sebagai penyeimbang narasi dan paparan Iwan Syahril. Guru itu hakekatnya satu tubuh. Guru PNS, non PNS, guru tersertifikat dan yang belum, satu tubuh.

Apa yang Saya maksud “Tri Merdeka” adalah tiga hal yang harus merdeka dari entitas guru untuk menjawab kelemahan guru seperti apa yang disampaikan Iwan Syahril. Tri merdeka itu adalah : 1) guru harus merdeka finansial, 2) guru harus merdeka kompetensi dan 3) guru harus merdeka apresiasi.

Visi Merdeka Belajar hanya akan mudah diraih bila dibarengi dengan layanan “Tri Merdeka” guru. Selama masih ada ratusan ribu guru belum merdeka finansial, selama itu pula merdeka belajar akan lambat merayap. Betul guru yang sudah dapat TPG layak “dituntut” untuk menaikan kemampuan melayani anak didik.

Namun guru itu satu tubuh, jangan hanya dibahas yang tersertifikasi saja yang seolah-olah menghamburkan uang negara. Pemerintah lupa, guru honorer belum merdeka finansial. Dimana bila semua guru harus dibayar sesuai UURI No 14 Tahun 2005 dan UMR/UMK/UMP, maka pemerintah masih berutang banyak pada entitas guru.

Pemerintah punya utang puluhan tahun kepada guru (guru honorer), bila diakumulasi dan disesuaikan dengan UMR. Nominalnya adalah 800 ribu guru honorer kali Rp. 3 juta per orang, per bulan, kali 30 tahunan saja. Bayar dahulu ini, baru kemudian boleh dipermasalahkan guru tersertifikat yang kompetensinya “jalan ditempat”.

TPG itu baru dibayarkan sejak tahun 2006. Baru 14 tahun, itupun belum semua guru PNS dan swasta. Nah bagaimana dengan 30 tahunan sekitar 800 ribu guru honorer yang tidak mendapatkan UMR dari pemerintah (pusat dan daerah). Siapa yang mempertanggung jawabkan ini?

Guru yang finansialnya tidak merdeka seperti entitas guru honorer, sungguh kasihan. Gaji guru honorer misal hanya dapat gaji Rp. 300 ribu. Itu pun ada yang dibayarkan tiga bulan sesudah kerja. Ini masalah pertama terkait “Tri Merdeka” yakni merdeka finansial keseluruhan guru.

Terkait “Tri Merdeka” yang kedua adalah merdeka kompetensi. Kita sebagai guru sepakat guru harus merdeka kompetensi. Merdeka kompetensi artinya setiap guru wajib belajar sepanjang hayat dan terus belajar untuk meningkatkan layana lebih baik pada anak didik. Guru merdeka harus memerdekakan anak didiknya.

Faktanya di lapangan tidak semua guru tersertifikasi “jalan di tempat”. Ratusan ribu guru melanjutkan pendidikan S-2 bahkan ada yang doktor. Ribuan guru membuat buku. Ratusan guru menjadi guru berprestasi setiap tahun. Ratusan guru bahkan menjadi tokoh di masyarakat. Walau pun jumlahnya dianggap kecil, tapi ada gerakan “merangkak” menuju guru yang lebih baik.

“Tri Merdeka” ke tiga adalah merdeka apresiasi. Negara harus mampu mengapresiasi guru guru penggerak yang selama ini sudah tampil beda. Guru-guru terbaik di setiap sekolahan harus mendapatkan merdeka apresiasi. Misal mengapa tidak guru berprestasi dan guru penggerak menerima kemudahan atau otomatis menjadi calon kepala sekolah.

Jangan sampai guru-guru penggerak, guru-guru berprestasi “tidak merdeka” karena ada kongkalingkong politik lokal. Merdeka apresiasi artinya setiap guru penggerak dan guru berprestasi terdata dengan baik dan disiapkan untuk menjadi pemimpin sekolahan. Dalam tulisan di opini Kompas, Iwan Syahril berharap lahir guru-guru penggerak.

Simpulannya visi “Merdek Belajar” hanya akan cepat tercapai dengan “Tri Merdeka” guru. Merdekakan semua guru terutama guru honorer secara finansial. Merdekakan guru secara kompetensi agar lebih mudah belajar menaikan kompetensi. Jangan teralalu diribetkan dengan administrasi.

Agar guru merdeka secara kompetensi maka jumlah jam mengajar guru harus dikurangi. KBM 24 jam tatap muka terlalu menyita waktu. Guru harus punya banyak waktu untuk belajar. Bila guru harus selalu 24 jam KBM tatap muka, sama dengan mengkondisikan guru jadi tukang ngajar, mekanis banget. Harusnya guru pun menjadi tukang belajar.

Terakhir merdeka apresiasi, jadikan setiap guru penggerak, guru pengurus organisasi profesi dan guru berprestasi lainnya mendapatkan tempat terbaik. Politisasi dan debirokrasi guru harus hilang. Guru terbaik harus menemukan kejayaan karirnya jangan terbelenggu karena politik dan birokrasi jumud.

Dalam Wa group, pak Fathur juga menuliskan liputannya hari ini di

http://www.fathur.web.id/2020/05/usulan-agtifindo-hipper-40-dalam.html

Semakin malam perbincangan kami semakin seru. Pengumuman program organisasi guru penggerak juga sedang dikerjakan oleh tim independen. Sehingga kemdikbud tinggal mengumumkan saja. Pembicaraan tentang sekolah di luar negeri, juga menjadi salah satu contoh yang kami bicarakan.

Satu jam bersama pak Iwan Syahril malam ini membuat saya semakin bersemangat untuk menjadi guru penggerak. Hal itu harus saya mulai dari diri saya sendiri dulu, baru kemudian menggerakkan orang lain.

Terima kasih banyak pak Dirjen atas waktunya. Keberagamaan kita menjadi energi besar jika kita saling bergandengan, bersinergi dan bekerjasama. Semoga kita bisa berjumpa di dunia nyata. Aamiin.

Berikut ini undangan dari Himpaudi sebagai berikut:

PP HIMPAUDI mengundang Bpk/Ibu pd Acara DEDIKASI CINTA HIMPAUDI
Keg Halal Bihalal, Lahir Pancasila & WEBINAR PAUD Kreatif & Bijak di Era Pandemik dan Persiapan New Normal di PAUD
Hari SENIN, 1 Juni, 2020 Jam 08:00 WIB

Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/6710112419?pwd=eG9kdmk4dXNkU29tcGNYTjF1SjE5dz09

Meeting ID: 671 011 2419
Password: JAYA

Bagi yg tidak bisa masuk Zoom Meeting mohon bergabung di 👇
Live Streaming Youtube
http://s.id/livehalalbihalalhimpaudi

Demikianlah cerita omjay hari ini. Semoga bermanfaat buat para pembaca setia blog omjay. Aamiin.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

bl;og http://wijayalabs.com

Masih Perlukah Tunjangan Profesi Guru?

Tunjangan Profesi Guru. Masihkah bermanfaat?

Membaca laporan penelitian bank dunia tahun 2017 sungguh menyakitkan kami para guru. Oleh karena itu kita perlu melakukan inovasi baru dalam pembelajaran kita di sekolah. Dari teacher centered menjadi student centered.

Berbagai pelatihan guru telah digelar untuk meningkatkan kompetensi guru. Saya yakin guru Indonesia punya kemauan untuk maju dan punya kemampuan lebih baik dari negara lain. Kita pasti bisa membuktikannya.

Membaca tulisan pak iwan syahril dirjen gtk kemdikbud yang baru di koran kompas 29/5/2020, menunjukkan bahwa guru adalah sebuah profesi yang seharusnya diperlakukan sama dengan profesi lainnya. Bahkan seharusnya lebih karena guru menyiapkan sumber daya manusia. Di tangan para guru bangsa ini dipertaruhkan.

Mengkritisi apa yang sudah saya baca, membuat saya introspeksi sebagai guru. Masih perlukah tunjangan profesi guru dan apa manfaatnya buat guru?

Jujur saya katakan sangat perlu. Ini yang tidak dirasakan oleh para peneliti bank dunia. Juga pejabat di kemdikbud yang tak paham untuk apa dana yang kami terima. Ada rasa iri dan dengki pada guru. Padahal guru adalah manusia yang dimuliakan. Sebab guru berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa.

Ini kisah nyata saya. Semenjak ikut program diklatPPG selama hampir sebulan di kampus UNJ, saya dan kawan kawan banyak belajar ilmu baru. Kita benar benar belajar pengetahuan baru.

Kami saling bekerjasama dan belajar bareng agar bisa lulus PPG. Kita menginap di rumah kawan yang tak jauh dari kampus. Sebagian menginap di wisma UNJ.

Perjalanan kami ikut diklat PPG penuh dengan perjuangan. Jauh dari keluarga dan berkorban waktu agar kami dapat menerima sertifikat sebagai guru profesional yang ditandatangani rektor UNJ.

Tunjangan profesi guru kami terima dengan sukacita. Walaupun seringkali terlambat. Belakangan saya tahu dari salah seorang pejabat. Uang TPG di daerah diputar dulu untuk didapatkan bunganya. Dari bunga bank inilah biaya operasional mereka dapatkan untuk menyalurkan TPG.

Terus terang saya kaget mendengarnya. Hal itu saya dengar ketika ada kegiatan rembuk nasional bidang pendidikan di Kemayoran.

Bagi kami para guru TPG ini sangat bermanfaat. Sejarah mencatat bahwa PGRI yang telah membantu guru agar menerima TPG.

Saya sendiri tidak menggunakan dana tersebut untuk foya foya. Saya gunakan dana tersebut untuk kuliah S3 di kampus UNJ. Bukan hanya saya saja. Tapi teman teman saya yang lainnya.

Kami ingin ilmu dan wawasan kami bertambah. Tidak hanya pengalaman mengajar di sekolah saja. Kita juga perlu pengalaman lainnya. Tapi terkadang kebijakan birokrasi membelenggu kami. Guru tak lagi menjadi manusia yang merdeka. Administrasi yang bejibun membuat kami tidak fokus dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sekarang TPG kami dipersoalkan. Jelas kami tidak menerimanya. Sebab kami selalu meningkatkan kemampuan diri. Kalau ukurannya hasil belajar siswa dan PISA dunia, ini semua bukan kesalahan kami para guru. Tapi kesalahan kita semua yang harus diperbaiki sama-sama.

Literasi, numerasi, karakter dan pelajar pancasila mari jadi tujuan kita. Harus ada penelitian pembanding supaya guru bisa legowo menerima hasil penelitian.

Selama ini guru hanya menjadi penonton dari hasil penelitian yang dilakukan bank dunia. Saatnya guru juga menjadi pemain dalam penelitian ini.

Guru Indonesia tak kalah dengan guru dari luar negeri. Buktinya banyak anak pintar terlahir dari pendidikan karakter yang dibangun oleh guru guru tangguh berhati cahaya.

PGRI sebagai organisasi profesi tentu tidak tinggal diam. Apa yang sudah dilakukannya harus diapresiasi. Hanya saja masih saja ada pihak-pihak yang mau menang sendiri dan menjadi pahlawan kesiangan. Seolah-olah karena merekalah TPG guru diterima.

Terima kasih PGRI. Kami tak akan lupa perjuanganmu. Jawab hasil penelitian dengan penelitian yang serupa. Lalu kita benahi bersama sama. Goyong royong dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika harus terus diimplementasikan agar bangsa ini menjadi semakin maju.

Persoalan sertifikasi guru adalah persoalan yang pasti bisa dicarikan solusinya. Bukan hanya sertifikasi guru tapi juga sertifikasi dosen di perguruan tinggi. Sebab pendidikan kita saling terkait dari anak usia dini sampai perguruan tinggi.

Kegundahan ibu ketua umum PB PGRI harus kita suarakan dalam bentuk meningkatkan profesionalisme guru. Anggaran Dana yang sudah dikeluarkan pemerintah tentu tidak akan sia-sia bila semua guru mau belajar sepanjang hayat. Terus meningkatkan kemampuan diri dan berujung kepada hasil belajar siswa yang berkarakter, kreatif, mandiri, dan siap menjadi seorang pemimpin masa depan.

Performa guru Indonesia harus terus diperbaiki dengan kekuatan kebersamaan. Bukan saling menjatuhkan dan merasa dirinya paling benar.

Guru adalah sebuah profesi yang dilindungi undang-undang. Transformasi guru dan pemimpin Indonesia harus dimulai dari diri sendiri. Dari sekarang untuk menggapai masa depan yang lebih baik.

Sehingga bila ditanya pemerintah, masih perlukah TPG? Jawabnya sangat perlu dan bermanfaat buat guru. Bukan untuk beli mobil baru atau baju baru. Tapi untuk meningkatkan kompetensi guru.

Bila hasilnya belum membaik, bukan dihapus anggarannya. Namun dicari sumber penyakitnya agar segera mendapatkan obatnya. Bagi saya obatnya adalah Sidiq, tabligh, amanah, dan Fathonah.

Nanti saya jelaskan lagi lain waktu. Kita bisa berdiskusi di gedung guru Indonesia. Kita ajak para penentu kebijakan ke rumah guru. Mereka akan tahu bahwa PGRI lah satu-satunya organisasi guru yang fokus mensejahterakan guru dan terus menerus meningkatkan kompetensinya sebagai guru profesional.

Salam blogger persahabatan

Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.wordpress.com

Belajar hidup sehat dari Oma

Menulis di pagi hari. Nikmat sekali. Pikiran masih jernih. Belum ke sana kemari.

Selamat pagi bapak dan ibu yang saya banggakan . Semoga bapak dan ibu selalu sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta. Semoga pula pintu pintu rezeki selalu terbuka buat kita semua. Aamiin.

Pagi ini bangun tidur punggung sakit sekali. Istri juga begitu. Semenjak kena banjir 4 kali dari bulan Januari 2020, kami tidak pernah lagi punya kasur yang empuk. Tempat tidur dari kayu sudah habis dihantam banjir.

Saya tidur beralas kasur gulung yang tipis. Warnanya merah. Syukur alhamdulillah lumayan empuk untuk istirahat.

Istri tidur di kasur gulung berwarna coklat muda. Bila banjir datang lagi, kami sudah siap sedia.

Pagi ini istri minta dipijitin. Katanya punggungnya sakit. Saya urut pelan pelan. Walaupun saya juga merasakan hal yang sama.

Semalam kami kurang minum air putih. Biasanya sebelum tidur minum air putih hangat. Bangun tidur badan serasa segar.

Saya putuskan berolahraga pagi. Jalan jalan kaki di sekitar rumah. Istri pergi ke dapur mencuci piring yang kotor.

Saya menjadi senyam senyum sendiri. Sambil menyiram tanaman di pagi hari. Bila sudah tua nanti. Kami akan seperti ini.

Hanya berdua di rumah. Kakek dan nenek. Anak anak akan dibawa suaminya. Semoga tidak jauh dari ayah dan bundanya.

Jadi ingat kisah oma dan opa. Tetangga sebelah kanan rumah. Anaknya 2 orang. Sukses semuanya.

Anak pertama laki laki menjadi perwira angkatan laut. Pergi ke mancanegara membawa kapal Indonesia. Anak kedua perempuan. Kawin sama orang Jepang dan dibawa suaminya ke sana.

Tinggallah oma dan opa berdua. Mereka bahagia. Saya tak pernah melihat mereka bertengkar. Tapi Tuhan memisahkan mereka. Opa dipanggil Tuhan.

Semenjak itu Oma tinggal sendiri. Sering main dan ngobrol sama istri. Mereka saling curhat. Istri sudah anggap seperti orang tua sendiri. Usianya sudah 86 tahun.

Kini Oma sudah tiada. Rumahnya sepi tak berpenghuni. Anak anaknya sudah sukses dengan keluarganya masing masing.

Saya belajar hidup sehat dari Oma. Beliau suka kasih nasehat agar saya banyak bergerak. Tidak banyak minum gula dan banyak makan sayur dan buah buahan.

Pesan Oma ini selalu saya ingat. Pagi ini saya ceritakan kembali kepada istri. Kami pun saling tersenyum. Siap menyongsong hari tua.

Itulah cerita saya di pagi hari. Selalu jaga kesehatan ya. Istirahat yang cukup. Makan 4 sehat 5 sempurna. Perbanyak minum air putih. Semoga sehat selalu.

Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com