Mengenang Amir Faisal Lubis
Malam ini saya terbangun dari mimpi. Dalam mimpi saya bertemu dengan almarhum Amir Faisal Lubis. Seorang rekan guru yang baik hati. Seorang kawan mengajar yang menyenangkan hati. Seorang ayah yang sangat perhatian kepada anak-anaknya. Namun sayang, Allah memanggil pulang beliau untuk selamanya. Innalilahi wainnailaihi rojiun.
Bapak Amir Faisal Lubis adalah teman mengajar saya di SMP labschool Jakarta. Sebelum meninggal kami sempat ngobrol lama lewat telepon. Lebih dari 2 jam kami saling berbagi informasi. Saya tak pernah menyangka kalau itu adalah percakapan kami yang terakhir.
Esoknya saya mendapatkan kabar kalau pak Amir sakit dan dirawat di rumah sakit Islam Pondok Kopi Jakarta Timur. Selama seminggu dirawat kondisinya semakin melemah. Saya menengoknya di rumah sakit. Alhamdulillah masih bisa bertemu beliau dan melihat langsung kondisi beliau. Kata dokter dan perawat kondisi pak Amir Faisal Lubis sudah dalam keadaan kritis. Hanya Allah yang dapat menyembuhkan penyakitnya.
Keluar dari ruangan ICU, saya ngobrol dengan istri beliau. Nampaknya istri beliau juga sudah pasrah dan bercerita kepada saya tentang kondisinya. Beliau juga cerita kalau kami sempat ngobrol lama di telepon. Setelah itu pak Amir sering buang air besar karena terkena diare katanya. Pemicunya kopi yang diminumnya saat menemani tamu yang datang dari Sumatra Utara.
Memang di telpon beliau bertanya kepada saya tentang lowongan pekerjaan untuk saudaranya. Saya berjanji saat itu untuk mengabarinya kalau nanti ada lowongan di Bandung. Kebetulan paman saya sedang mencari pegawai di kota Bandung. Semoga tawaran lowongan pekerjaan itu masih ada.
Kami juga sempat mengobrol tentang lamaran kami menjadi calon wakil kepala sekolah di SMP labschool Jakarta. Beliau juga melamar dan siap ikut tes wakil kepala sekolah. Beliau cerita kalau yang terpilih sudah tercatat di langit. Kita hanya berusaha saja. Jadi tak perlu bersedih hati bila nanti tidak terpilih. Jabatan itu amanah. Kalau dipercaya kita terima dan dijalankan dengan sebaik baiknya.
Saat tes wakil kepala sekolah, beliau sudah tiada. Bangkunya kosong dan ketika panitia seleksi Wakasek meminta saya untuk menggambar, wajah pak Amir Faisal Lubis yang ada di depan mata. Jadilah gambar beliau di kertas yang diberikan panitia.
Sedih juga mendengar kabar beliau meninggal. Waktu itu saya baru sampai rumah setelah menengok pak Amir Faisal Lubis ke rumah sakit. Habis mandi, saya membaca berita di wa group sekolah. Bapak Amir Faisal Lubis telah meninggal.
Saya langsung mengeluarkan mobil dan balik ke rumah sakit. Intan anak pertama saya ikut menemani ke rumah sakit Islam Pondok Kopi. Sampai rumah sakit sudah banyak kawan kawan guru hadir. Kita saling berpelukan dan bertangisan. Tak menyangka akan kehilangan seorang guru tangguh berhati cahaya. Seorang guru yang ceria dan hampir tak pernah marah dalam hidupnya.
Keluarga pak Amir Faisal Lubis memutuskan untuk mengubur jenazahnya di kampung halaman beliau. Jenazah langsung diterbangkan ke Sumatera Utara yang lebih dekat ke Padang Sumatera Barat. Saya lupa nama kampungnya. Pimpinan sekolah ikut bersama rombongan keluarga besar pak Amir Faisal Lubis. Kami keluarga besar SMP labschool Jakarta sangat kehilangan. Labschool telah kehilangan salah satu guru terbaiknya.
Hal positif yang selalu saya ingat dari pak Amir Faisal Lubis adalah beliau selalu rajin sholat berjamaah di masjid. Sholat Dhuha selalu rajin beliau kerjakan. Suka menjadi imam sholat di masjid dan sangat disukai muridnya. Pak Amir Faisal Lubis termasuk guru yang menginspirasi kami. Anak anak labschool sangat suka dengan beliau.
Malam ini beliau hadir dalam mimpi. Seolah olah beliau masih hidup dan mengajak saya berbisnis. Beliau guru matematika yang pandai berbisnis. Pernah saya dan istri ke rumah beliau. Waktu itu kami sedang mencari sepeda motor second. Beliau pandai sekali jual beli motor dan mobil. Saya suka ditawarinya kalau kita ngobrol habis sholat di masjid. Terkadang kami suka tertawa bersama kalau beliau cerita.
Pernah suatu ketika beliau ditangkap polisi. Waktu itu beliau tidak tahu kalau motor yang dibelinya motor curian. Polisi mencurigai beliau sebagai penadah motor. Untunglah beliau bisa bebas dan kalau mendengar cerita itu, kita suka tertawa bareng.
Pernah juga kita tertawa terbahak bahak. Waktu itu beliau belum menikah. Kita saling bersaing memperebutkan seorang wanita cantik. Tapi sayang tak ada yang berhasil meminangnya. Kalau ingat itu, kita menjadi tertawa ngakak.
Banyak kisah bersama pak Amir Faisal Lubis bila dituliskan. Malam ini saya berusaha untuk mengingat kebaikan beliau. Pernah suatu ketika saya tak punya uang. Pak Amir Faisal Lubis yang baik hati meminjamkan saya uang. Bayarnya tidak dibatasi waktu dan alhamdulilah bisa lunas pinjamannya. Beliau bukan hanya kawan baik di saat suka tapi juga di saat duka. Seorang sahabat yang sangat baik hati dan mau menolong kawan lainnya.
Sudah lama juga saya tak jumpa keluarga pak Amir Faisal Lubis. Semoga bisa berjumpa walaupun hanya lewat telpon. Saya masih ingat anak bungsunya yang cantik. Waktu itu kita berlibur naik kereta ke Yogyakarta. Anaknya itu sangat dekat dengan pak Amir Faisal Lubis.
Jodoh, rezeki dan kematian hanya Allah yang tahu. Kita tidak pernah tahu kapan dipanggil pulang. Kematian pasti akan datang menghampiri kita. Cepat atau lambat. Kita sudah antri menunggunya. Bisa jadi saya belakangan anda duluan. Atau anda duluan saya belakangan. Hanya Allah yang tahu kapan waktunya. Siapkan bekal dari sekarang. Menuju perjalanan yang abadi.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com




Al Fatihah buat pak Amir Faisal Lubis
Mari kita doakan pak Amir
Pak Amir orang baik Om Jay. Saya juga sangat kehilangan, Namun belum sempat ke rumah Almarhum untuk terakhir kalinya karena saat meninggal diterbangkan ke tempat kelahirannya. Sampai sekarang masih terkenang, karena hampir kurang lebih beberapa bulan/hampir 1/2 tahun setiap 1 minggu sekali saya ke rumah Almarhum Pak Amir untuk diskusi dan belajar komputer. Allah lebih sayang beliau. Mudah-mudahan kita semua dibertemukan di Jannah bersama-sama. Aamiin.