Daily Archives: Mei 17, 2024

Bisakah Menulis Tanpa Ide?

Bisakah menulis Tanpa Ide dan menjelma menjadi buku? Pasti bisa asalkan anda tahu caranya. Omjay sendiri pernah mengalaminya. Akhirnya tulisannya jadi juga. Omjay belajar dari buku karya budiman hakim. Judulnya menulis tanpa ide.

Perlu anda ketahui ya. Saat itu, Omjay sempat bingung mau menulis apa di hari yang penuh ceria. Sebab banyak sekali yang ingin dituliskan dan disampaikan kepada orang lain atau pembaca. Sementara itu datanya masih belum lengkap, dan sumber berita juga belum jelas terdata.

Omjay sempat bingung ketika ketika hendak menulis buku guru penggerak bersama ibu Tuti Alawiyah waktu itu. Beliau sudah duluan ikut pendidikan guru penggerak angkatan pertama selama 9 bulan. Sedangkan Omjay baru mengikutinya di angkatan 7 selama 6 bulan. 

Nah, pada akhirnya kita menceritakan kisahnya dari sudut pandang masing-masing. Ketika disatukan, oleh editor penerbit Andi Yogyakarta. Naskah bukunya, ternyata lebih enak dibaca. Editor memang jago mengedit kata-kata menjadi lebih bermakna dan dipahami pembaca. Bukunya laku keras dan banyak dibeli orang yang ingin tahu apa itu guru penggerak.

Buku Guru Penggerak akhirnya jadi selama 2 minggu. Omjay sempat buat pertanyaan santai di beberapa WA Group PGRI. Apa yang disebut guru penggerak menurut sudut pandang masing-masing. Ternyata jawabannya banyak dan lebih dari 100 jawaban. Dari pertanyaan itulah akhirnya lahir buku guru penggerak, mendorong gerak maju pendidikan nasional.

Ada beberapa pertanyaan pemantik. Apa itu guru penggerak? Mengapa dibutuhkan guru penggerak? Bagaimana menjadi guru penggerak? Dari ketiga pertanyaan itu akhirnya muncul beberapa pertanyaan lainnya yang kami jawab di buku guru penggerak.

Buku guru penggerak ini dibuat awalnya tanpa ide yang jelas. Omjay mencoba menguraikan sendiri dari pengalaman menjadi guru dari tahun 1994. Ibu Tuti Alawiyah menuliskan pengalamannya selama mengikuti pendidikan guru penggerak angkatan 1 selama 9 bulan.

Menulis tanpa ide, ternyata dapat melahirkan ide yang cemerlang ketika kita mendapatkan teman diskusi. Waktu itu ibu Tuti dan Omjay masih sama-sama sedang menyelesaikan disertasi doktor di Pascasarjana UNJ. Omjay (Wijaya Kusumah) di jurusan teknologi pendidikan, dan ibu Tuti Alawiyah di jurusan Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Kami berdiskusi hanya lewat WA saja.

Setelah menulis, dan kemudian menerbitkan buku guru penggerak, alhamdulillah kami berdua kini telah mendapatkan gelar doktor teknologi pendidikan untuk Omjay, dan doktor Penilaian Evaluasi Pendidikan untuk Ibu Tuti Alawiyah dari Pascasarjana UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur.

Sekarang kami ingin melanjutkan membuat buku baru tentang implementasi kurikulum merdeka. Lagi-lagi Omjay belum ada ide mau mulai menulis darimana. Apakah dari mengapa kurikulum harus berubah atau mengapa kurikulum merdeka disahkan pemerintah menjadi kurikulum nasional? Segudang pertanyaan ada di kepala Omjay yang sudah mulai memutih rambutnya.

Tentu semua itu harus dimulai dari sebuah pertanyaan. Apakah pergantian kurikulum dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah? Kita belum tahu jawabnya kalau belum melakukan penelitian secara detail dan obyektif. Dugaannya sih akan meningkat, sebab kurikulum berganti untuk meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan di negeri tercinta.

Jadi teruslah menulis tanpa ide. Tuliskan saja apa-apa yang ada di pikiran anda. Lakukan pertanyaan pemantik kepada diri anda sendiri. Mulai dari apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa? Dari keenam pertanyaan itu, menulis tanpa ide akan menemukan ide yang muncul tiba-tiba. Itulah pengalaman menulis yang Omjay temukan dan rasakan.

Omjay pernah merasakannya ketika menulis buku kisah Omjay 50 tahun menjadi manusia. Buku itu dibuat awalnya tanpa ide. Omjay hanya ingin saat itu, ada hadiah yang berkesan di hari ulang tahun Omjay yang ke-50. Alhamdulillah penerbit YPTD yang dipimpin oleh pak Haji Thamrin Dahlan membantu Omjay untuk menerbitkan buku dengan bayar seikhlasnya. Cover buku dibuatkan oleh Bang Ajinata sahabat Omjay yang baik sekali.

Akhirnya buku itu jadi dengan tangan dingin ibu Raliyanti yang didaulat oleh ibu Kanjeng untuk membantu mengedit buku yang Omjay terbitkan di saat ulang tahun Omjay yang ke-50. Alhamdulillah buku Kisah Omjay 50 tahun menjadi manusia banyak yang pesan, dan akan dicetak ulang kembali. Buku itu adalah kumpulan tulisan Omjay dari berbagai blog yang Omjay kelola dengan baik.

Buku Kisah Omjay belum ada logo ISBN/dokpr
Sedikit demi sedikit tulisan di blog menjelma menjadi buku. Berkat bantuan tangan dingin seorang editor, buku yang dituliskan tanpa ide itu akhirnya terwujud dan dapat dengan mudah anda cari dan pesan secara online. Saat ini, dengan kemudahan teknologi, memesan buku semudah memesan makanan dan minuman secara online tanpa harus keluar dari rumah.

Begitulah sedikit kisah Omjay tentang menulis tanpa ide di laman atau website melintas.id. Omjay menuliskannya di sela-sela jam kosong tidak mengajar. Baru saja Omjay dapat telpon dari istri tercinta. Kakinya sakit dan bernanah. Omjay harus segera pulang, dan membawa istri ke rumah sakit. Sampai sini dulu ya! Ternyata menulis tanpa ide asyik juga ya! Terima kasih om Budiman Hakim yang telah mengajarkannya.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Bisakah Menulis Tanpa Ide dan Menjelma Menjadi Buku?”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/wijayalabs/6645b1b91470930b87631892/bisakah-menulis-tanpa-ide-dan-menjelma-menjadi-buku

Kreator: Wijaya Kusumah

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Kompasiana Lebih Dari Sekedar Ngeblog

Kompasiana lebih dari sekedar ngeblog. Omjay sudah merasakannya selama 15 tahun menulis di Kompasiana tiada henti. Mohon maaf kalau Omjay lebih terlihat promosi Kompasiana dan tidak terlihat mau berbagi. Omjay menuliskan kisah Omjay ini sambil menemani istri berobat di rumah sakit mas mitra Bekasi. Kakinya sakit, dan ada duri kecil yang membuat telapak kakinya bernanah.

Profil Kompasiana 

Profil Kompasiana 

Omjay membaca kembali profil Kompasiana. Pada tahun 2017 slogan sharing and connecting berganti slogan menjadi beyond blogging. Artinya Kompasiana lebih dari sekedar ngeblog. Omjay semakin cinta dengan Kompasiana. Walaupun dalam hati sempat kecewa. Sebab beberapa artikel Omjay tidak masuk pilihan admin Kompasiana. 

Kemudian Omjay berpikir positif saja. Omjay tidak perlu marah dan tetap bersikap ramah. Barangkali ada tulisan Omjay yang dianggap copas atau menyalin dari blog pribadi. Atau sudah pernah Omjay publikasikan ke media lainnya. Mesin kecerdasan buatan tentu menganggap itu adalah plagiarisme. Padahal dituliskan oleh orang yang sama.

Awalnya Omjay berpikir pembaca lainnya dapat langsung membaca tulisan Omjay tanpa ada godaan iklan. Sebab iklan di Kompasiana banyak sekali dan membuat akses membaca kontennya jadi memakan waktu.

Kompasiana memang lebih dari sekedar ngobrol eh ngeblog. Omjay benci dengan Kompasiana. Kini Omjay menjadi benar-benar cinta dengan Kompasiana. Begitu banyak godaan untuk menulis di media blog keroyokan lainnya. Namun kompasiana tetap berada di hati pembaca dan penulis setianya.

Mereka yang benci akhirnya kembali menulis di kompasiana. Mereka yang sudah mempunyai media sendiri akhirnya bergabung kembali di Kompasiana. Sebab Kompasiana lebih dari sekedar ngeblog.

Banyak teman baru dan baik hati Omjay temukan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki hobi yang sama di Kompasiana.. Lagi dan lagi Kompasiana menunjukkan gigi kemanusiaan bahwa manusia itu senang berbagi dan berkomunikasi. 

Jadi Kompasiana bukan media abal-abal yang mudah diobok-obok orang jahat. Saingannya satu demi satu tinggal namanya saja. Wajar kalau Kompasiana menjadi persaingan bisnis buat mereka yang melihat peluang bisnis di depan mata.

Apa yang harus dilakukan agar kompasiana menjadi lebih dari sekedar ngeblog?

Kuncinya inovasi dan kolaborasi para pengelola dan pengguna setianya. Selama lebih dari 15 tahun ngeblog, Kompasiana lebih dari sekedar ngeblog. Omjay merasakan kegembiraan ketika tulisan Omjay banyak yang membacanya. Bukan sekedar mendapatkan gopay Kompasiana. Sebab itu jumlahnya kecil dibandingkan Omjay menjadi seorang pembicara atau narasumber.

Penghargaan k-reward harus disyukuri sebagai hadiah atau apreasiasi yang telah dilakukan selama ini. Besar dan kecil penghargaan bukanlah tujuan. Sebab tujuannya adalah berbagi ilmu yang kita sukai dan kuasai. Kita bagikan pengalaman hidup dari yang tua kepada yang muda.

Kita bisa belajar dari orang tua seperti oma dan opa di Kompasiana. Opa Tjipta dan Oma Rosalina telah membagikan pengalamannya di Kompasiana. Membuat kita yang muda menjadi belajar dari kisah hidup orang tua yang sudah makan asam garam kehidupan.

Biar bagaimanapun opa Tjipta dan Oma Rosalina telah merasakan muda, dan kita belum pernah merasakan tua seperti mereka. Jadi bergurulah kepada yang tua. Omjay selalu menyempatkan diri membaca tulisannya.

Kompasiana lebih dari sekedar ngeblog. Omjay bertemu dengan orang-orang hebat di kopaja71Komunitas ini selalu melaksanakan kegiatan yang membuat kita akhirnya saling berkomunikasi dan berkolaborasi. 

Terima kasih bang Horas yang sudah membuat komunitas ini menjadi besar dan bermanfaat buat kawan-kawan yang suka menulis di Kompasiana. Sayang kegiatan kemarin Omjay tak bisa hadir karena harus menemani anak pertama periksa kandungan. Sebentar lagi Omjay akan punya cucu pertama.

Akhirnya kompasiana lebih dari sekedar ngeblog. Kami punya teman banyak yang saling berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman. Biarlah orang bila kita promosi sebab sejatinya seorang blogger itu narsis dan eksis.

Salam blogger persahabatan 

Omjay

Guru blogger Indonesia 

Blog https://wijayalabs.com

Bisakah Menulis Tanpa Ide?

Bisakah menulis Tanpa Ide dan menjelma menjadi buku? Pasti bisa asalkan anda tahu caranya. Omjay sendiri pernah mengalaminya. Akhirnya tulisannya jadi juga. Omjay belajar dari buku karya budiman hakim. Judulnya menulis tanpa ide.

Perlu anda ketahui ya. Saat itu, Omjay sempat bingung mau menulis apa di hari yang penuh ceria. Sebab banyak sekali yang ingin dituliskan dan disampaikan kepada orang lain atau pembaca. Sementara itu datanya masih belum lengkap, dan sumber berita juga belum jelas terdata.

Omjay sempat bingung ketika ketika hendak menulis buku guru penggerak bersama ibu Tuti Alawiyah waktu itu. Beliau sudah duluan ikut pendidikan guru penggerak angkatan pertama selama 9 bulan. Sedangkan Omjay baru mengikutinya di angkatan 7 selama 6 bulan. 

Nah, pada akhirnya kita menceritakan kisahnya dari sudut pandang masing-masing. Ketika disatukan, oleh editor penerbit Andi Yogyakarta. Naskah bukunya, ternyata lebih enak dibaca. Editor memang jago mengedit kata-kata menjadi lebih bermakna dan dipahami pembaca. Bukunya laku keras dan banyak dibeli orang yang ingin tahu apa itu guru penggerak.

Buku Guru Penggerak akhirnya jadi selama 2 minggu. Omjay sempat buat pertanyaan santai di beberapa WA Group PGRI. Apa yang disebut guru penggerak menurut sudut pandang masing-masing. Ternyata jawabannya banyak dan lebih dari 100 jawaban. Dari pertanyaan itulah akhirnya lahir buku guru penggerak, mendorong gerak maju pendidikan nasional.

Ada beberapa pertanyaan pemantik. Apa itu guru penggerak? Mengapa dibutuhkan guru penggerak? Bagaimana menjadi guru penggerak? Dari ketiga pertanyaan itu akhirnya muncul beberapa pertanyaan lainnya yang kami jawab di buku guru penggerak.

Buku guru penggerak ini dibuat awalnya tanpa ide yang jelas. Omjay mencoba menguraikan sendiri dari pengalaman menjadi guru dari tahun 1994. Ibu Tuti Alawiyah menuliskan pengalamannya selama mengikuti pendidikan guru penggerak angkatan 1 selama 9 bulan.

Menulis tanpa ide, ternyata dapat melahirkan ide yang cemerlang ketika kita mendapatkan teman diskusi. Waktu itu ibu Tuti dan Omjay masih sama-sama sedang menyelesaikan disertasi doktor di Pascasarjana UNJ. Omjay (Wijaya Kusumah) di jurusan teknologi pendidikan, dan ibu Tuti Alawiyah di jurusan Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Kami berdiskusi hanya lewat WA saja.

Setelah menulis, dan kemudian menerbitkan buku guru penggerak, alhamdulillah kami berdua kini telah mendapatkan gelar doktor teknologi pendidikan untuk Omjay, dan doktor Penilaian Evaluasi Pendidikan untuk Ibu Tuti Alawiyah dari Pascasarjana UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur.

Sekarang kami ingin melanjutkan membuat buku baru tentang implementasi kurikulum merdeka. Lagi-lagi Omjay belum ada ide mau mulai menulis darimana. Apakah dari mengapa kurikulum harus berubah atau mengapa kurikulum merdeka disahkan pemerintah menjadi kurikulum nasional? Segudang pertanyaan ada di kepala Omjay yang sudah mulai memutih rambutnya.

Tentu semua itu harus dimulai dari sebuah pertanyaan. Apakah pergantian kurikulum dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah? Kita belum tahu jawabnya kalau belum melakukan penelitian secara detail dan obyektif. Dugaannya sih akan meningkat, sebab kurikulum berganti untuk meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan di negeri tercinta.

Jadi teruslah menulis tanpa ide. Tuliskan saja apa-apa yang ada di pikiran anda. Lakukan pertanyaan pemantik kepada diri anda sendiri. Mulai dari apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa? Dari keenam pertanyaan itu, menulis tanpa ide akan menemukan ide yang muncul tiba-tiba. Itulah pengalaman menulis yang Omjay temukan dan rasakan.

Omjay pernah merasakannya ketika menulis buku kisah Omjay 50 tahun menjadi manusia. Buku itu dibuat awalnya tanpa ide. Omjay hanya ingin saat itu, ada hadiah yang berkesan di hari ulang tahun Omjay yang ke-50. Alhamdulillah penerbit YPTD yang dipimpin oleh pak Haji Thamrin Dahlan membantu Omjay untuk menerbitkan buku dengan bayar seikhlasnya. Cover buku dibuatkan oleh Bang Ajinata sahabat Omjay yang baik sekali.

Akhirnya buku itu jadi dengan tangan dingin ibu Raliyanti yang didaulat oleh ibu Kanjeng untuk membantu mengedit buku yang Omjay terbitkan di saat ulang tahun Omjay yang ke-50. Alhamdulillah buku Kisah Omjay 50 tahun menjadi manusia banyak yang pesan, dan akan dicetak ulang kembali. Buku itu adalah kumpulan tulisan Omjay dari berbagai blog yang Omjay kelola dengan baik.

Buku Kisah Omjay belum ada logo ISBN/dokpr
Sedikit demi sedikit tulisan di blog menjelma menjadi buku. Berkat bantuan tangan dingin seorang editor, buku yang dituliskan tanpa ide itu akhirnya terwujud dan dapat dengan mudah anda cari dan pesan secara online. Saat ini, dengan kemudahan teknologi, memesan buku semudah memesan makanan dan minuman secara online tanpa harus keluar dari rumah.

Begitulah sedikit kisah Omjay tentang menulis tanpa ide di laman atau website melintas.id. Omjay menuliskannya di sela-sela jam kosong tidak mengajar. Baru saja Omjay dapat telpon dari istri tercinta. Kakinya sakit dan bernanah. Omjay harus segera pulang, dan membawa istri ke rumah sakit. Sampai sini dulu ya! Ternyata menulis tanpa ide asyik juga ya! Terima kasih om Budiman Hakim yang telah mengajarkannya.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Bisakah Menulis Tanpa Ide dan Menjelma Menjadi Buku?”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/wijayalabs/6645b1b91470930b87631892/bisakah-menulis-tanpa-ide-dan-menjelma-menjadi-buku

Kreator: Wijaya Kusumah

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com